Ditulis oleh :Ķharor Abdillah
_____________________
Menteri Agama Fachrul Razi menyatakan pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan calon jemaah haji 2020. Salah satu penyebab keputusan ini diambil adalah karena Saudi Arabia tak kunjung memberikan kejelasan. Keputusan ini berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia.
"Wah, haji diliburkan? Bahaya, bahaya ini", teriak Ngatno setelah menyimak berita tersebut lewat salah satu stasiun televisi nasional di warungnya.
"Assalamu'alaikum. Bati mriki, tuno lungo", Salam dan doa Syekh saat memasuki warung seperti biasa.
"Wa'alaikumussalam. Amiin...", jawab Ngatno dan Sumi bersamaan.
"Oh, silahkan masuk, Syekh, monggo, monggo...", sambut Sumi mempersilahkan Syekh.
"Apa yang bahaya, Ngat... kok teriak2 ngomong sendiri?", tanya Syekh setelah memasuki warung dan duduk di bangku.
"Ini Syekh, ibadah haji tahun ini diliburkan. Apa tidak bahaya itu?", jawab dan tanya Ngatno sambil mendekat dan menyalami sang guru spiritualnya itu.
"Oh. Kopi, Sum, seperti biasa...", ucap Syekh pada Sumi sebelum menjawab pertanyaan Ngatno.
Nggih, Syekh", jawab Sumi yang sudah hapal kopi kesukaan Syekh, sedikit pahit.
"Yang diliburkan itu penyelenggaraan haji jama'ah Indonesia tahun 2020, bukan ibadah hajinya", ucap Syekh.
"Wah, kok mbulet begini", kata Ngatno karena bingung.
"Hehehe... Ibadah haji di BaituLlah tetap akan terselenggara entah oleh bangsa manusia, jin atau malaikat, yang jelas Allah punya cara sendiri untuk meramaikan rumahNya", jawab Syekh.
"Lagian, setiap hari kita juga bisa berhaji", lanjut Syekh.
"Lho, malahan, haji kok tiap hari", ucap Ngatno bingung sambil garuk-garuk kepala.
"Iya, ibadah haji pada dasarnya kan aksi kesungguhan seorang hamba untuk mengunjungi BaituLlah (Ka'bah) sebagai sarana 'bertemu' dengan Tuhannya. Jadi ibadah Haji adalah simbol kepulangan manusia kepada Allah swt. Jadi setiap haripun kita bisa berhaji, kalau mau", jawab Syekh menguraikan maksudnya.
"Caranya?", tanya Sumi ikut nimbrung sambil meletakkan kopi di depan Syekh.
"Sebagaimana orang thawaf yang menjadikan Ka'bah sebagai titik poros putaran, jadikan titik orientasi hidupmu hanya kepada Allah. Sebagaimana orang sa'i pépé Shafa Marwa, berjuanglah dengan istiqamah dalam ketaatan pada Allah, dan gigihlah dalam upaya mendapatkan karuniaNya",
"Sebagaimana orang yang ihram, pakailah baju kejujuran, lepaskan baju kebohongan, kesombongan, dan semua atribut jelek yang melekat pada diri. Sebagaimana orang yang melempar jumrah, lempar dan buanglah jau-jauh nafsu 'binatang', ego, kerakusan, keserakahan, ketamakan dan sifat buruk lainnya", jawab Syekh panjang lebar.
"Jadi tanpa harus ke Mekah ya, Syekh?", tanya Ngatno manggut-manggut.
"Kalau mampu, ya tetap harus ke sana", jawab Syekh setelah menyerutup kopi panasnya.
"Tapi kalau belum mampu, ya hajinya ke hati. Kalbu orang mukmin itu kan juga baituLlah...", lanjutnya.
"Pangestu dan bimbingannya selalu, Syekh. Kalau saya sudah bisa melaksanakan haji hati, bolehkah nama saya dikasih embel-embel 'H', H. NGATNO?", tanya Ngatno polos.
Sumi tersenyum geli mendengar kepolosan suaminya sambil membuat adonan pisang goreng.